Kamis, 06 Juni 2013

Kembali Kepada Tuhan


Oleh: Rifadli Kadir
KAMMI UIN Sunan Kalijaga



Kasus bunuh diri di Yogyakarta merupakan hal yang patut menjadi perhatian bersama. Belakangan kasus bunuh diri yang diduga akibat depresi ini banyak terjadi di Yogyakarta. Misalnya pada minggu (26/5) terjadi bunuh diri seorang promotor musik  yang menabrakkan diri ke KA Sri Tanjung dan seorang pria paruh baya yang juga menabrakkan diri ke bus Mira. Kasus bunuh diri berlanjut pada hari senin (27/5) di Sleman, kali ini seorang remaja putri nekat bunuh diri di kontrakan pacarnya (Harian Jogja, 28/5).

            Di salah satu daerah di Yogyakarta yaitu Gunung Kidul kasus bunuh diri mengalami peningkatan. Tahun 2012 lalu tercatat 40 warga Gunungkidul yang mengakhiri hidupnya secara tidak wajar. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 25 warga (Harian Jogja, 24/4). Angka bunuh diri yang begitu tinggi ini mengundang tanya, apa sebenarnya penyebab hal ini bisa terjadi. 

            Ada beberapa faktor yang menyebabkan bunuh diri bisa terjadi.  Faktor penyebab orang melakukan bunuh diri berkaitan dengan faktor psikologi, biologik, sosial-kultural, ekonomi, dan faktor lingkungan, yang menurut para ahli psikologi di antaranya adalah penyimpangan mental seperti gangguan mood (suasana hati), stres, konflik, frustrasi, dan depresi. Sejatinya tidak ada orang yang menginginkan kematian, yang ada adalah orang yang terperangkap dalam situasi dimana ia tidak dapat menemukan jalan keluarnya.

Dalam bidang ekonomi misalnya, akibat kemiskinan, rendahnya pendapatan, harga melambung tinggi, sehingga pengangguran telah membuat masyarakat tiba pada kulminasi kejenuhan. Bila melihat pada situasi masyarakat saat ini, bunuh diri sangat mungkin terjadi karena korban tidak menemukan jalan keluar dalam mengatasi rumitnya problem yang dihadapi. Kegagalan pemerintah memperbaiki kehidupan ekonomi rakyat sedikit banyaknya berdampak pada tingkat frustasi masyarakat yang akhirnya muncul berbagai fenomena bunuh diri. 

Dalam beberapa kasus bunuh diri, bisa juga disebabkan oleh faktor atau dimotivasi faktor keyakinan agama dan politik tertentu yang tertanam kuat pada diri pelaku bunuh diri. Seperti pada kasus terorisme, orang yang melakukan bom bunuh diri memiliki keyakinan bahwa tindakannya adalah tindakan mulia dan bisa masuk surga. Faktor rendahnya religius juga merupakan salah satu faktor penyebab orang melakukan bunuh diri. 

Bunuh diri sebenarnya dapat dicegah sejak dini. Pemerintah, khususnya Pemda DIY, dapat menjadi inisiator utama dalam pencegahan terhadap bunuh diri di masyarakat. pemetaan yang benar terhadap penyebab utama membantu pemerintah dalam mengatasi masalah ini dengan mudah. Beberapa hal yang selayaknya dilakukan oleh pemerintah DIY secepatnya untuk menjaga agar tidak terjadi bunuh diri dengan mudah oleh masyarakat ialah pemerataan ekonomi, pembenahan hubungan sosial, dan mengembalikan masyarakat kepada nilai dasar seperti nilai-nilai agama dan budaya. 

Pertama, pemerataan ekonomi. Kemunculan kelas menengah ke atas di Yogyakarta pada sisi yang lain membuat renggangnya hubungan di masyarakat. Pemerintah dalam hal ini harus memutus ketidakrenggangan itu dengan melakukan pemberdayaan kepada masyarakat yang kurang mampu, agar ketimpangan yang terjadi tidak semakin tinggi. Selain itu, keberadaan kelas menengah di masyarakat harus dapat membantu dalam suplai dana yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat kurang mampu.

Kedua, pembenahan hubungan sosial. Adanya banyak pendatang dari luar daerah di Yogyakarta selain mendorong peningkatan pendapatan daerah, sebenarnya pada sisi yang lain, walaupun tidak bisa digeneralisir membawa ekses negatif yaitu terjadinya ketidakharmonisan hubungan sosial di masyarakat. Pemerintah DIY, dapat menjadi fasilitator antara para pendatang dengan masyarakat asli untuk menciptakan kehidupan yang harmonis. Keharmonisan kehidupan bermasyarakat di Yogya, membantu menjaga kontrol sosial masyarakat dari berbagai macam perilaku negatif.

Ketiga, mengembalikan masyarakat kepada nilai-nilai dasar seperti agama dan budaya menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh pemerintah DIY. Agama dan Budaya dapat menjadi nilai yang melakukan kontrol sosial masyarakat. Agama mengajarkan bahwa kedamaian dan kehidupan merupakan hal yang harus dijaga, serta bunuh diri merupakan hal yang tidak disukai dalam semua Agama. Begitu juga Budaya Adiluhung yang mengandung banyak nilai-nilai kebaikan patut kiranya dihadirkan kembali dalam kehidupan bermasyarakat Yogyakarta.

Pencegahan  terhadap bunuh diri sebenarnya bukan semata tugas pemerintah, tetapi menjadi tugas semua elemen masyarakat Yogyakarta. Hal penting utama yang harus diyakini oleh masyarakat Yogyakarta ialah harus kembali kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan dalam setiap aspek kehidupan.  Kekuatan penting untuk menjaga kestabilan emosional, psikis, dan lainnya dalam menghadapi setiap permasalah. Dengan begitu semoga bunuh diri yang marak terjadi dapat terkurangi. Wallahu’alam.