Oleh: Rifadli Kadir
KAMMI UIN Sunan Kalijaga
Kasus bunuh diri di Yogyakarta merupakan hal
yang patut menjadi perhatian bersama. Belakangan kasus bunuh diri yang diduga
akibat depresi ini banyak terjadi di Yogyakarta. Misalnya pada minggu (26/5)
terjadi bunuh diri seorang promotor musik
yang menabrakkan diri ke KA Sri
Tanjung dan seorang pria paruh baya yang juga menabrakkan diri ke bus Mira. Kasus bunuh diri berlanjut pada
hari senin (27/5) di Sleman, kali ini seorang remaja putri nekat bunuh diri di
kontrakan pacarnya (Harian Jogja, 28/5).
Di
salah satu daerah di Yogyakarta yaitu Gunung Kidul kasus bunuh diri mengalami
peningkatan. Tahun 2012 lalu tercatat 40 warga Gunungkidul yang mengakhiri
hidupnya secara tidak wajar. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
yang hanya 25 warga (Harian Jogja,
24/4). Angka bunuh diri yang begitu tinggi ini mengundang tanya, apa sebenarnya
penyebab hal ini bisa terjadi.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan bunuh diri bisa terjadi. Faktor penyebab orang melakukan bunuh diri
berkaitan dengan faktor psikologi, biologik, sosial-kultural, ekonomi, dan
faktor lingkungan, yang menurut para ahli psikologi di antaranya adalah
penyimpangan mental seperti gangguan mood (suasana hati), stres, konflik,
frustrasi, dan depresi. Sejatinya tidak ada orang yang menginginkan kematian,
yang ada adalah orang yang terperangkap dalam situasi dimana ia tidak dapat
menemukan jalan keluarnya.
Dalam bidang ekonomi misalnya, akibat
kemiskinan, rendahnya pendapatan, harga melambung tinggi, sehingga pengangguran
telah membuat masyarakat tiba pada kulminasi kejenuhan. Bila melihat pada
situasi masyarakat saat ini, bunuh diri sangat mungkin terjadi karena korban
tidak menemukan jalan keluar dalam mengatasi rumitnya problem yang dihadapi.
Kegagalan pemerintah memperbaiki kehidupan ekonomi rakyat sedikit banyaknya
berdampak pada tingkat frustasi masyarakat yang akhirnya muncul berbagai
fenomena bunuh diri.
Dalam beberapa kasus bunuh diri, bisa juga disebabkan
oleh faktor atau dimotivasi faktor keyakinan agama dan politik tertentu yang
tertanam kuat pada diri pelaku bunuh diri. Seperti pada kasus terorisme, orang
yang melakukan bom bunuh diri memiliki keyakinan bahwa tindakannya adalah
tindakan mulia dan bisa masuk surga. Faktor rendahnya religius juga merupakan
salah satu faktor penyebab orang melakukan bunuh diri.
Bunuh diri sebenarnya dapat dicegah sejak
dini. Pemerintah, khususnya Pemda DIY, dapat menjadi inisiator utama dalam
pencegahan terhadap bunuh diri di masyarakat. pemetaan yang benar terhadap
penyebab utama membantu pemerintah dalam mengatasi masalah ini dengan mudah. Beberapa
hal yang selayaknya dilakukan oleh pemerintah DIY secepatnya untuk menjaga agar
tidak terjadi bunuh diri dengan mudah oleh masyarakat ialah pemerataan ekonomi,
pembenahan hubungan sosial, dan mengembalikan masyarakat kepada nilai dasar
seperti nilai-nilai agama dan budaya.
Pertama, pemerataan ekonomi. Kemunculan kelas menengah
ke atas di Yogyakarta pada sisi yang lain membuat renggangnya hubungan di
masyarakat. Pemerintah dalam hal ini harus memutus ketidakrenggangan itu dengan
melakukan pemberdayaan kepada masyarakat yang kurang mampu, agar ketimpangan
yang terjadi tidak semakin tinggi. Selain itu, keberadaan kelas menengah di
masyarakat harus dapat membantu dalam suplai dana yang digunakan untuk
pemberdayaan masyarakat kurang mampu.
Kedua, pembenahan hubungan sosial. Adanya banyak
pendatang dari luar daerah di Yogyakarta selain mendorong peningkatan
pendapatan daerah, sebenarnya pada sisi yang lain, walaupun tidak bisa
digeneralisir membawa ekses negatif yaitu terjadinya ketidakharmonisan hubungan
sosial di masyarakat. Pemerintah DIY, dapat menjadi fasilitator antara para
pendatang dengan masyarakat asli untuk menciptakan kehidupan yang harmonis.
Keharmonisan kehidupan bermasyarakat di Yogya, membantu menjaga kontrol sosial
masyarakat dari berbagai macam perilaku negatif.
Ketiga, mengembalikan masyarakat kepada nilai-nilai
dasar seperti agama dan budaya menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh
pemerintah DIY. Agama dan Budaya dapat menjadi nilai yang melakukan kontrol
sosial masyarakat. Agama mengajarkan bahwa kedamaian dan kehidupan merupakan
hal yang harus dijaga, serta bunuh diri merupakan hal yang tidak disukai dalam
semua Agama. Begitu juga Budaya Adiluhung
yang mengandung banyak nilai-nilai kebaikan patut kiranya dihadirkan
kembali dalam kehidupan bermasyarakat Yogyakarta.
Pencegahan
terhadap bunuh diri sebenarnya bukan semata tugas pemerintah, tetapi
menjadi tugas semua elemen masyarakat Yogyakarta. Hal penting utama yang harus
diyakini oleh masyarakat Yogyakarta ialah harus kembali kepada Tuhan sebagai
sumber kekuatan dalam setiap aspek kehidupan.
Kekuatan penting untuk menjaga kestabilan emosional, psikis, dan lainnya
dalam menghadapi setiap permasalah. Dengan begitu semoga bunuh diri yang marak
terjadi dapat terkurangi. Wallahu’alam.