Rabu, 24 April 2013

Revolusi Anti-Pasif KAMMI: Upaya Radikalisasi Pemikiran Kader


Pada beberapa pertemuan ada beberapa kader (berganti orang) selalu mempertanyakan mau kemana KAMMI sekarang? Serasa saya tidak mendapatkan apa-apa di KAMMI.

 Pertanyaan semacam ini banyak hadir di tengah diskusi para kader KAMMI menganjak tahun pertama mereka bergabung degan organisasi menyatukan aksi dan orientasi sebagai muslim ini. ke-‘masygulan’ meratapi nasib bergabung di KAMMI pun ikut mewarnai berbagai frase obrolan para kader ketika berbicara apa yang akan KAMMI lakukan di masa mendatang. Berbagai kader pun tak urung diam menanggapi kondisi seperti ini. Banyak dari para punggawa terlebih di komisariat yang memberikan terapi pada kondisi ini.
thebrewokz.blogspot.com
            Dari terapi yang wajar-wajar saja, sampai pada terapi ekstrim (Baca: “Revolusi”). Terapi biasa-biasa saja dapat dikatakan sangat wajar ditelinga para kader misalnya rihlah bareng, kajian hati (Tazkiyatun Nufus), memperkuat pembinaan, dan lain-lain. Terapi semacam ini pada dasarnya adalah benar dan pada sisi tertentu meningkatkan berbagai hal. Tapi tanpa disadari terapi konservatif semacam ini membuat kebosanan bagi sebagian kader. Selain itu pada beberapa hal tidak menyentuh subtansi masalah.
            Terapi kedua dapat dikatakan cukup ekstrim “Revolusi”. Menurut mereka KAMMI perlu melakukan perbaikan secara revolusioner pada berbagai aspek. Misalnya, hal yang selalu mereka dengungkn ialah basis material dalam kaderisasi KAMMI. Menurut mereka sistem kaderisasi KAMMI pada tempat dan waktu tertentu perlu dikonstruk kembali. Basis material menurut mereka sangat menentukan kualitas kader. Kesalahan dalam menetukan basis material pada waktu dan tempat yang berbeda-beda pada banyak kasus memprlambat berjalannya kaderisasi KAMMI.
            Kehendak melakukan “revolusi” menguat dalam diri setiap mereka yang gundah melihat kondisi kelemahan KAMMI pada berbagai hal. Tapi kelompok ini pun perlu dikaji kembali apa basis material yang mereka gunakan sebagai bahan revolusi. Basis material menjadi penting sebagai panduan sebagaimana dalam pandangan Foucault bahwa wacana wacana tidaklah cukup untuk melakukan perbaikan jika tidak dilandasi basis material yang jelas.

Revolusi KAMMI?
            Revolusi sebagai bahan terapis di KAMMI, sebenarnya bukanlah hal yang mudah dilakukan. Revolusi membutuhkan kemantangan konsep sehingga menghasilkan daya letupan yang kuat. Walaupun begitu revolusi bukanlah hal sulit untuk dilakukan. Tapi menjadi penting untu diawal menentukan model revolusi seperti apa yang hendak diambil.
            Paling tidak ada dua model Revolusi menurut Gramsci yang dapat dijadikan model. Model berikut ini merupakan analisis Gramsci terhadap Revolusi Prancis dan Risorgimento Italia. Dalam Revolusi Perancis, Jacobin dapat memobilisir rakyat untuk melaukan perjuangan revolusioner dengan cara mendukung tuntutan kaum tani dan membangun aliansi dengan mereka.
            Sebaliknya, penyatuan Italia dan naiknya kaum borjuis Italia ke tampuk kekuasaan dalam Risorgimento dilakukan oleh Cavour dan Partai Moderat dengan cara yang sangat berbeda, yaitu tidak langsung mengikutsertakan perjuangan rakyat; saran utama mereka adalah negara Piedmont dengan tentara, kerajaan dan birokrasinya (Roger Simon, 2004: 63).
            Dalam melakukan analisis terhadap Risorgimento Gramsci memberikan gambaran bahwa dalam keseluruhan karakternya, Risorgimento adalah revolusi pasif yang tidak mempunyai kualitas nasional kerakyatan, Gramsci membuat kesimpulan (SPN 90): para pemimpin Risorgimento “bermaksud menciptakan negara modern di Italia dan pada kenyataannya hanya melahirkan anak haram”. Mereka tidak berhasil dalam mendorong terbentuknya kelas penguasa yang luas dan bersemangant menyatukan rakyat dalam wadah negara baru.
thebrewokz.blogspot.com
            Model revolusi pasif semacam itu merupakan bentuk revolusi manakala reformasi-reformasi yang mendasar dalam struktur ekonomi dilakukan dari atas, melalui agen negara. Karena itulah Gramsci menyatakan bahwa Revolusi pasif merupakan respon khas terhadap krisis organic. Revolusi pasif terjadi ketika perubahan-perubahan yang berskala luas dalam struktur ekonomi negara dilakukan dari atas, melalui wakil aparat negara, tanpa melibatkan peran aktif rakyat.
            Akan tetapi, menurut Gramsci konsep revolusi pasif dapat diperluas sehingga mencakup revolusi sosialis disamping revolusi borjuis. Dalam transisi ini, strategi kelas pekerja harus mempunyai karakter revolusi anti-pasif (anti-passive revolution), yang dibangun dengan memperluas perjuangan kelas dan perjuangan demokrasi kerakyatan dengan tujuan memobilisasi laipisan masyarakat yang lebih luas dalam memperjuangkan reformasi demokrasi. Untuk mengembangkan strategi anti-pasif ini, menurut Gramsci diperlukan analisis yang lebih mendalam terhadap masyarakat sipil, wilayah perjuangan kelas dan demokrasi-kerakyatan.
            Dua model revolusi di atas sangat mencolok perbedaannya. Pertama Revolusi Prancis yang melakukan revolusinya berdasarkan partisipasi masyarakat secara kelseluruhan yang selanjutnya dilabeli oleh Gramsci dengan Revolusi anti-pasif, sedangkan kedua Revolusi Risorgimento yang tidak mengikutsertakan masyarakat secara keseluruhan, dan lebih mengambil jalur intervensi kekuasaan atau dikenal dengan Revolusi Pasif.
Dari dual model Revolusi tersebut, memang tidak kompetibel ketika menjadikan hal tersebut sebagai model Revolusi KAMMI. Karena secara struktural, KAMMI bukanlah negara yang menjadi pengejawantahan Revolusi tersebut. Akan tetapi, nilai ataupun semangat kedua ataupun salah satu Revolusi tersebut dapat dijadikan semangat yang kemudian dijadikan model pada saat ini.
 Lalu model mana yang mungkin pada saat ini baik untuk KAMMI?. Secara umum model perbaikan atau dapat dikatakan “Revolusi” yang terjadi di KAMMI pada banyak hal terjadi karena intervensi struktur kekuasaan KAMMI atau bahkan struktur di luar kekuasaan KAMMI. Hal ini, jika meminjam istilah Gramsci dapat dikatakan sebagai Revolusi Pasiif. Perbaikan semacam ini pada beberapa hal baik untuk melakukan pengaturan, walaupun pada sisi yang lain tidak sesuai dengan apa yang diinginkan Grassroad.
Perlu adanya perbaikan dengan melibatkan semua elemen kader KAMMI (Basis Operasional sampai ideolog) secara bersamaan pada forum bersama dan menyepakati pilihan kebijakan gerakan yang akan dimainkan sebagai manifestasi perbaikan. Dengan partisipasi semua elemen kader, harapannya menjadikan gerakan ini sesuai dengan “semangat zaman” saat ini.
 
Buat Apa “Revolusi”?
            Lalu pertanyaannya kemudian, buat apa “Revolusi” ditubuh KAMMI? Bukankah KAMMI setiap pergantian kepengurusan melakukan perbaikan? Lalu Revolusi seperti apa yang diharapkan?. Revolusi yang ditawarkan seharusnya tidak hanya merubah struktur atau arah gerak KAMMI dimasa mendatang. Tetapi lebih jauh dari itu, Revolusi haruslah merubah secara Radikal Pemikiran setiap kader.
            Revolusi pun menghendaki perubahan sarana, cara pandang, serta setiap apapun dari KAMMI yang menghendaki ke-jumud-an. Progresivitas hasil Revolusi pada saatnya nanti terlihat dari perubahan secara Radikal pemikiran setiap kader sesuai dengan latar belakang keagaamaan, pendidikan, dan profesi. Perubahan radikal pada pemikiran kader sebenarnya berpengaruh pula pada seberapa jauh daya gebrak gerakan ke wilayah publik.
            Pada sisi yang lain pula, progresivitas hasil revolusi ini, tidak perlu dicurigai sebagai gerakan “anti kekuasaan”. Tidak seperti gerakan Sosial Gramscian, KAMMI hanya mengambil semangat bahwa perbaikan itu harus dimulai dari akar rumput (Grassroad), karena perbaikan yang selalu dating dari hasil intervensi kekuasaan pada saat ini di KAMMI terkadang kurang sesuai dengan “semangat zaman”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar