Sabtu, 13 April 2013

X-Factor: Kewajiban Berkarakter?


Tayangan TV memang begitu adanya. Berpengaruh ke alam bawah sadar masyarakat dengan atau tanpa penyaringan (Screening) terlebih dahulu. Tayangan TV pada banyak hal memang membentuk opini dan perubahan tingkah sosial masyarakat. Belakangan tayangan TV  tak lagi sekadar menjadi alat hiburan, pencarian nilai-nilai pun banyak dicari melaluinya. Penampilan para entertain penghibur panggung dalam tayangan menjadi suatu kewajiban bagi stasiun TV untuk mencipta nilai tersendiri.
rcti.tv
Pengemasan nilai-nilai tertentu bisa di-manufaktur oleh stasiun TV lewat program tertentu. Misalnya program yang belakangan banyak mencuri perhatian masyarakat ialah X-Factor. Program pencarian bakat ini tanpa atau dengan sadar telah membentuk nilai yang mempengaruhi alam bawah sadar. Program ini paling tidak mengajarkan nilai bahwa  kalau ingin sukses harus punya “karakter”, dalam arti yang luas orang harus mengekslusifkan dirinya terlebih dahulu dengan dirinya kemudian baru bisa tampil ke khalayak umum dengan karakter yang ia punya.
Pengajaran nilai bahwa setiap orang harus punya “karater” pada program ini bukanlah hal negatif, karena memang begitulah tuntutan dunia global. Bahwa kedepan setiap orang harus punya ciri khas sendiri yang ingin ditampilkan adalah sah-sah saja. Hal itupulah yang kemudian akan membedakan ia dengan yang lainnya.
Tanpa mengurangi nilai tersebut, hal itu coba kita tarik lagi pada permasalah yang lebih luas. Bahwa “karakter” bukan hanya menjadi faktor penentu kesuksesan pada program TV pencarian bakat seperti X-factor. Merupakan suatu keharusan pada tataran global atau dunia saat adanya keberadaan “karakter”. Lihat saja pada satu hal, misalnya Ekonomi.
Perkembangan ekonomi dunia saat ini menuntut adanya liberalisasi baik dari segi ekspor, impor, tenaga kerja, teknologi, jasa, permodalan, legalitas, dan lain-lain. Semua itu dicitakan agar terjadi kemudahan dalam melakukan transaksi ekonomi antara negara-negara di dunia. Satu hal yang menarik dari perkembangan ekonomi saat ini dari segi makro, bahwa liberalisasi pada banyak sektor tidak hanya menuntut kekuatan ekonomi suatu negara, pada skala mikro: individu atau organisasi, liberalisasi menuntut adanya “karakter” tertentu yang menjadi andalan.
Lagi-lagi pada dasarnya siapa yang punya “karakter” maka ialah yang akan bertahan dalam pergulatan kehidupan. Cina merupakan negara yang mencohtkan hal ini dengan baik. Dengan karakter yang digali dari nilai-nilai konfusianisme, Cina berhasil menghentakkan Amerika sebagai negara adikuasa. Cina pun dengan karakter yang ia punya dapat berdiferensiasi dari negara lain. Pada skala mikro: individu dan organisasi, Cina dapat dikatakan kuat. Lihat saja betapa banyak negara yang dikuasai ekonominya oleh segelintir orang Cina.
Mau tidak mau, suka tidak suka, jika ingin sukses dalam setiap pergulatan apalagi pergulatan ekonomi, adanya “karakter” menjadi salah satu hal penentu kesuksesan. Tentunya hal ini harus dibangun sejak awal dan butuh kesabaran lebih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar