Tayangan TV memang begitu adanya. Berpengaruh
ke alam bawah sadar masyarakat dengan atau tanpa penyaringan (Screening) terlebih dahulu. Tayangan TV
pada banyak hal memang membentuk opini dan perubahan tingkah sosial masyarakat.
Belakangan tayangan TV tak lagi sekadar
menjadi alat hiburan, pencarian nilai-nilai pun banyak dicari melaluinya. Penampilan
para entertain penghibur panggung dalam tayangan menjadi suatu kewajiban bagi stasiun
TV untuk mencipta nilai tersendiri.
rcti.tv |
Pengemasan nilai-nilai tertentu bisa
di-manufaktur oleh stasiun TV lewat
program tertentu. Misalnya program yang belakangan banyak mencuri perhatian
masyarakat ialah X-Factor. Program
pencarian bakat ini tanpa atau dengan sadar telah membentuk nilai yang
mempengaruhi alam bawah sadar. Program ini paling tidak mengajarkan nilai bahwa
kalau ingin sukses harus punya “karakter”,
dalam arti yang luas orang harus mengekslusifkan dirinya terlebih dahulu dengan
dirinya kemudian baru bisa tampil ke khalayak umum dengan karakter yang ia
punya.
Pengajaran nilai bahwa setiap orang
harus punya “karater” pada program ini bukanlah hal negatif, karena memang
begitulah tuntutan dunia global. Bahwa kedepan setiap orang harus punya ciri
khas sendiri yang ingin ditampilkan adalah sah-sah saja. Hal itupulah yang
kemudian akan membedakan ia dengan yang lainnya.
Tanpa mengurangi nilai tersebut, hal
itu coba kita tarik lagi pada permasalah yang lebih luas. Bahwa “karakter”
bukan hanya menjadi faktor penentu kesuksesan pada program TV pencarian bakat seperti
X-factor. Merupakan suatu keharusan pada
tataran global atau dunia saat adanya keberadaan “karakter”. Lihat saja pada
satu hal, misalnya Ekonomi.
Perkembangan ekonomi dunia saat ini
menuntut adanya liberalisasi baik dari segi ekspor, impor, tenaga kerja,
teknologi, jasa, permodalan, legalitas, dan lain-lain. Semua itu dicitakan agar
terjadi kemudahan dalam melakukan transaksi ekonomi antara negara-negara di
dunia. Satu hal yang menarik dari perkembangan ekonomi saat ini dari segi
makro, bahwa liberalisasi pada banyak sektor tidak hanya menuntut kekuatan
ekonomi suatu negara, pada skala mikro: individu atau organisasi, liberalisasi
menuntut adanya “karakter” tertentu yang menjadi andalan.
Lagi-lagi pada dasarnya siapa yang
punya “karakter” maka ialah yang akan bertahan dalam pergulatan kehidupan. Cina
merupakan negara yang mencohtkan hal ini dengan baik. Dengan karakter yang
digali dari nilai-nilai konfusianisme, Cina berhasil menghentakkan Amerika
sebagai negara adikuasa. Cina pun dengan karakter yang ia punya dapat
berdiferensiasi dari negara lain. Pada skala mikro: individu dan organisasi,
Cina dapat dikatakan kuat. Lihat saja betapa banyak negara yang dikuasai
ekonominya oleh segelintir orang Cina.
Mau tidak mau, suka tidak suka, jika
ingin sukses dalam setiap pergulatan apalagi pergulatan ekonomi, adanya “karakter”
menjadi salah satu hal penentu kesuksesan. Tentunya hal ini harus dibangun
sejak awal dan butuh kesabaran lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar