Saya mungkin
tidak akan kaget jika ungkapan itu keluar dari tukang becak dipinggiran jalan Malioboro
yang ditanya tentang satu hal menyangkut hajat hidup orang banyak, jelas mereka
akan mengatakan itu #BukanUrusanSaya. Apalagi ketika ditanya saat kondisi mereka
seharian sedang sepi penumpang, pastilah jawabannya tidak mengenakkan. Tapi ungkapan
itu justru keluardari orang yang seharusnya bertanggungjawab dengan hajat hidup
orang banyak.
Orang awam
seperti saya tentu tidak habis pikir dengan ungkapan orang nomor satu di negeri
ini, negeri yang sedang dipimpinnya. Negeri dimana hajat hidup banyak orang
ditentukan olehnya. Whats Wrong dengan
Presiden negeri ini? Apa dia seperti status facebook teman saya: sedang benar-benar
lelah memikirkan bangsa dan Negara ini diempat puluh hari kinerjanya? Saya sebagai
rakyat biasa, tentu tidak mau tahu apa dia sedang lelah atau tidak, yang jelas apa
yang keluar dari orang nomor satu itu seharusnya adalah yang memberi harapan hidup
kepada semua orang.
Saya lalu mencari informasi apa tanggapan masyarakat terhadap orang nomor satu di Negeri ini terkait ungkapannya itu. Saya dapati
–walaupun ini kesimpulan sementara saya- dari perbincangan dengan masyarakat; ada dua kondisi mengapa ungkapan itu bias keluar. Pertama, ungkapan
itu keluar bisa jadi karena memang Presiden tidak peduli dengan
problem bangsanya, sehingga ia berkilah dengan itu #BukanUrusanSaya. Kedua, ungkapan itu keluar karena Presiden benar-benar tidak tahu apa yang terjadi
di tengah bangsa, alih-alih berharap ada solusi.
Kedua kondisi ini berbahaya jika ada pada diri seorang Presiden. Hal
pertama misalnya, berbahaya karena Presiden tidak lagi peduli dengan nasib bangsanya.
Jadi jangan heran kalau Presiden menganggap hilangnya nyawa parademonstran yang
mati karena pentungan aparat kepolisian itu #BukanUrusanSaya. Bersiap-siaplah dengan
jawaban yang sama jika ada pengaduan ke Presiden atas nasib bangsa yang mulai tertindas
oleh pemerintah berlabel demokrasi tetapi bergaya orde baru ini.
Tentu kita
tidak menginginkan itu terjadi pada Presiden. Apalagi kalau sampai kondisi kedua
yang terjadi. Mau kemana muka bangsa ini diarahkan? Kita tentu berharap Presiden
memiliki kearifan dan kebijaksanaan, menggunakan pengetahuan berlogikakan rakyat,
mengatasnamakan dan menempatkan rakyat di atas segala keputusannya. Kita tentu berharap apa yang keluar dari ungkapan seorang Presiden bermutu dan terukur secara ilmu pengetahuan. Kita berharap Presiden adalah
orang yang mampu berbicara lantang terhadap pengusaan asing di negeriini; menciptakan kedaulatan disemua sektorkehidupan.
Namun,
harapan itu tinggalah harapan kalau sekelas Presiden saja keluar ungkapan #BukanUrusanSaya. Hiduplah kita di
Negeri #BukanUrusanSaya. Kalau demikian, tunggulah kehancurannya. Allahu ’alam.