Jumat, 21 Januari 2011

Sistem Keuangan Islam Makin Penting dalam Ekonomi Global



perbankan syariah 3 Sistem Keuangan Islam Makin Penting dalam Ekonomi Global GLOBAL Islamic Finance Forum pada 25-28 Oktober 2010 merupakan kelanjutan 2007 dan forum sejenis bertajuk Kuala Lumpur Islamic Finance Forum.
Event tingkat tinggi itu menjadi ajang temu para regulator, ulama, cendekiawan, dan pelaku industri keuangan dari seluruh dunia.
Acara diselenggarakan Asosiasi Lembaga Perbankan Islam Malaysia (AIBIM), Asosiasi Takaful Malaysia (MTA), RedMoney Group, dan the International Shari’ah Research Academy for Islamic Finance (ISRA).
Kegiatan tersebut diselenggarakan untuk mendukung inisiatif Malaysia International Islamic Financial Centre dalam mengembangkan Malaysia sebagai pusat keuangan Islam internasional.
Melibatkan 118 pembicara kaliber international dan 171 ulama dunia, digelar diskusi dan pertemuan khusus untuk menjalin kerja sama.
Forum diselenggarakan di Hotel Nikko dan Hotel Mandarin dengan 120 sesi secara paralel dalam 10 ruangan.
Di samping itu, para pemangku kepentingan industri keuangan Islam dari seluruh dunia bertemu untuk membahas serta bertukar pandangan dan wawasan tentang potensi pertumbuhan dan peluang dalam keuangan Islam internasional yang berpotensi menyumbang pemulihan ekonomi global.
Mereka menilai keuangan Islam merupakan komponen yang makin penting dalam sistem keuangan internasional mengingat potensinya dalam memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global dan stabilitas keuangan sangat signifikan.
Event yang melibatkan 47 negara dan bertema ’’Keuangan Islam Global, Peluang untuk Masa Datang’’ itu dibuka oleh Perdana Menteri Datuk Seri Najib Razak.
Pada pidato pembukaan ia mengatakan Malaysia diharapkan dapat mencapai pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sekitar 7% tahun ini dan bertekad terus tumbuh antara 5 dan 6% pada 2011.
Semua itu didasarkan pada kinerja ekonomi yang tumbuh 9,5% pada semester I tahun ini. Diprediksi ekonomi Malaysia akan tumbuh rata-rata 6% per tahun sepuluh tahun ke depan.
Mengesankan Najib menandaskan sektor keuangan Islam tumbuh mengesankan, yakni 30% per tahun dan diharapkan sebagai salah satu penyumbang penting pertumbuhan ekonomi nasional.
’’Khususnya dalam memainkan peran penting dalam mendorong stabilitas sistem yang lebih besar dan ketahanan ekonomi,’’ tuturnya.
Menurut dia, 450 miliar dolar AS atau 1,4 triliun ringgit Malaysia diperlukan untuk transformasi ekonomi sepuluh tahun ke depan berupa dana berbagai proyek, dari energi nuklir sampai jaringan tranportasi darat.
Sektor keuangan Islam, kata dia, mempunyai peran besar, termasuk sukuk. Malaysia merupakan negara penerbit sukuk terbesar di dunia atau sebesar 60% dengan nilai 130 miliar dolar AS.
Malaysia bersemangat menyelenggarakan forum-forum sejenis. Tahun ini sudah diselenggarakan tiga pertemuan berskala internasional.
Dukungan Bank Negara Malaysia (Bank Sentral) sangat besar, terutama dalam membiayai forum-forum tersebut. Semua bertekat memajukan sistem itu karena yakin keuangan Islam akan memajukan ekonomi mereka.
Global Islamic Finance Forum 2010 mencakup Global Business Leaders Dialog, kuliah umum, regulator forum, media program engagement, penyiaran Islamic Finance News, dan forum temu investor Asia 2010 oleh RedMoney.
Lokakarya pengelolaan likuiditas, pengembangan takaful, dan pengembangan bank syariah melibatkan Pusat Pendidikan Perbankan dan Lembaga Keuangan Malaysia (IBFIM) serta Pusat Pendidikan Keuangan Islam Internasional (INCEIF).
INCEIF merupakan lembaga pendidikan keuangan Islam terbesar yang dibiayai oleh Bank Negara Malaysia. Bank sentral itu menyisihkan dana wakaf khusus untuk penyelenggaraan seminar dan pendidikan keuangan Islam. INCEIF juga memberikan beasiswa kepada mahasiswa dari seluruh dunia.
Pada sesi Global Business Leaders Dialog yang melibatkan para pemimpin bisnis dari Asia, Afrika, Eropa, AS, dan Australia; Tanri Abeng, Presiden Komisaris PT Telkom menyajikan pandangan tentang “Membangun Keuangan Global pada Dekade Mendatang” dan ’’Peluang Keuangan Islam dalam Membangun Ekonomi Dunia Pasca-Krisis’’.
Pada forum regulator pembuat kebijakan turut berbicara Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dr Halim Alamsyah yang memaparkan pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia yang menakjubkan, yakni mencapai 35% per tahun dan keterbatasan bank syariah dalam memenuhi permintaan pasar keuangan Islam di Indonesia.
(Drs HM Bedjo Santoso MT, dosen Fakultas Ekonomi Unissula, studi S-3 di International Islamic University Malaysia-29)
Sumber : Suara Merdeka

World Islamic Banking Conference 2010 Resmi Dibuka

wibc 2010 101123095354 World Islamic Banking Conference 2010 Resmi Dibuka Perhelatan tahunan World Islamic Banking Conference (WIBC 2010) pada 22-24 November ini memang acara besar. Sekitar 1.200 pimpinan di industri perbankan syariah bakal memenuhi Bahrain untuk mencari peluang bagi perbankan dan keuangan syariah. Para peserta itu berasal dari sekitar 50 negara.
Tema konferensi kali ini “Building a new growth paradigm-Islamic banking and the new global financial landscape” dan didukung bank sentral Bahrain. Namun, seperti dilaporkan laman Al Bawaba edisi Senin (22/11), penekanan acara ini lebih pada lokakarya sebelum konferensi berlangsung.
Lokakarya itu akan dipimpin oleh para ahli di bidang perbankan syariah. Para ahli inilah yang akan membawakan beraneka topik yang dikemas dalam kerangka kerja yang praktis sehingga memungkinkan para peserta lebih memahami isu-isu penting dalam industri keuangan syariah.
Acara ini mendapat dukungan penuh dari pemerintahan dan bank sentral Bahrain. Saat pembukaan resmi pada Selasa, sejumlah figur yang berfungsi sebagai regulator akan menggelar diskusi mengenai upaya memperkuat dasar bagi industri keuangan syariah. Seperti disebutkan dalam laman AME Info edisi Senin, acara ini diikuti dengan diskusi yang diikuti para CEO dan tokoh pemimpin dalam industri keuangan syariah. Topik yang diangkat adalah menelaah prospek pertumbuhan pasar bank konsumer, bank korporasi, dan bank investasi.
Di antara para pembicara adalah Gubernur Bank Sentral Bahrain, Rasheed M Al Maraj, Gubernur Bank Sentral Afghanistan, Abdul Qadeer Fitrat, dan chief executive officer & general manager dari Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (anak perusahaan dari Islamic Development Bank Group-Red). David McLean sebagai direktur pelaksana WIBC mengatakan.
“Acara tahun ini amat penting dalam sejarah (WIBC) selama 17 tahun karena berlangsung pada saat para pemain besar ingin meninjau kembali strategi penting dalam memetakan pertumbuhan baru di industri keuangan syariah.”
Hal lain yang akan hadir dalam perhelatan ini adalah peluncuran laporan World Islamic Banking Competitiveness Report 2010/11 yang amat ditunggu-tunggu. Laporan tersebut disusun atas kerja sama WIBC dengan McKinsey & Company dan berisi data terbaru mengenai persaingan bank-bank syariah terkemuka.
Hal lainnya yang tercakup dalam laporan ini adalah beragam strategi baru di pentas keuangan global demikian diungkap laman Trade Arabia edisi Senin. Untuk pertama kalinya pula, WIBC juga akan mendapat sesi eksklusif dari Ernst & Young. Lembaga konsultasi bisnis ini akan menyajikan dua laporan, yaitu Ernst & Young World Takaful Report 2010 (tentang asuransi syariah) dan Ernst & Young Islamic Funds and Investments Report 2010 (tentang investasi syariah).
Acara penting lainnya adalah hadirnya Mark Mobius, Executive Chairman Templeton Emerging Markets Group. Sesi ini secara eksklusif memusatkan perhatian pada upaya mengubah perspektif dari krisis menuju pemulihan berlanjut ke pertumbuhan berkelanjutan. Sasarannya adalah menyajikan sejumlah fakta baru dalam sistem keuangan global dan dampaknya bagi perbankan syariah.
“Pertumbuhan ekonomi di kawasan yang baru bangkit berlangsung terus berkat sejumlah kekuatan yang ditopang produktivitas yang tinggi, komposisi utang terhadap PDB yang rendah, dan cadangan devisa yang besar,” kata Mobius beberapa waktu lalu.
Lebih dari 60 mitra industri akan memamerkan inovasi produk mereka di sela-sela ajang ini. Pameran ini baru akan diresmikan pada Selasa. Sejumlah negara bahkan akan memasang paviliun dan diskusi khusus pun akan digelar untuk membahas peluang-peluang baru dalam industri ini. WIBC awalnya diluncurkan pada 1994. Sejak saat itu, ajang ini menjadi perhelatan yang diakui secara internasional dan dipandang sebagai pertemuan tahunan terbesar dan paling penting di pentas industri keuangan global.
Sumber : Republika

Sabtu, 15 Januari 2011

Ekonomi Islam Harapan Umat

Ditengah-tengah krisi global yang dihadapi dunia, dengan sistem kapitalismenya, telah menyebabkan beberapa problematika yang terjadi dimasyarakat. salah satu problem yang terjadi dimasyarakat adalah kesenjangan antara si kaya dan si miskin, ataupun antara orang yang memiliki modal (capital) dengan orang yang tidak mampu  atau tidak memiliki modal. Hal ini tentu sangat tidak diharapkan, karena membawa dampak negatif yang berkepanjangan dan akan menyebabkan kemandekan ekonomi karena penumpukan harta disalah satu pihak. 

Namun, ditengah krisis ekonomi tersebut, sistem ekonomi islam tumbuh dan bangkit dengan menawarkan sistem ekonomi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Sistem ini ingin meletakkan harta sebagai medium of change dan bukan tujuan. Sistem ini pun inngin memperbaiki sistem kapitalis yang cenderung mencari keuntungan dan tidak memperhatikan keadaan disekitar. Hal ini terlihat dengan sistem bagi hasil yang diterapkan disistem ekonomi islam, yang sudah banyak diterapkan oleh bank-bank syari'ah. Bukan berarti sistem ekonomi islam tidak mengakui kepemilikan pribadi, tapi ingin merubah paradigma masyarakat bahwa harta seharusnya dibelanjakan dijalan Allah, sehingga bisa bermanfaat tidak hanya buat diri sendiri atau individu, tetapi juga buat masyarakat pada umumnya.

Dengan sistem ekonomi seperti ini, ekonomi islam diharapkan dapat memperbaiki keadaan ekonomi yang mulai cartut marut. Dan yang lebih penting lagi adalah kesadaran masyarakat untuk bersistem dengan sistem ekonomi islam. Sehingga Ekonomi Islam, Isnya Allah menjdai Harapan Umat, yang dapat mengembalikan ekonomi sebagaimana yang pernah diraih oleh kaum muslimin sebelumnya. aamiin...




Jumat, 14 Januari 2011

Ekonomi Islam Satu-satunya Solusi Krisis Ekonomi Global


Dr. Muhammad Abdul HalimUmar,
Pakar ekonomi Universitas Al-Azhar
“ Dewasa ini, Barat sedang membahas perlunya berpaling pada ekonomi Islam sebagai alternative dari system ekonomi kapitalis ribawi,“
tegas Dr. Muhammad Abdul Halim Umar, seorang pakar ekonomi Universitas Al-Azhar
“Sesungguhnya saat ini Barat tengah berada dalam kondisi yang sangat dilematis dan sedang mencari jalan keluar yang aman. Para pakar ekonomi di sana menyarankan untuk berpaling pada ekonomi Islam dan menjauhi praktik ribawi dan spekulasi. Karena, praktik tersebut satu-satunya penyebab di balik meletusnya krisis ekonomi global akhir-akhir ini yang meruntuhkan sejumlah Bank besar dunia, terutama Bank Amerika Leman Bradz, bank terbesar keempat di dunia“, papar penasehat Kelompok Ekonomi Islam Shâlih Kâmil.
Intisari Wawancara :

Benarkah anggapan orang bahwa ekonomi Islam tetap menjadi alternatif dari sistem ekonomi kapitalis Barat, sebagai usaha untuk keluar dari krisis ekonomi global yang Barat alami dewasa ini?
Benar, jawabannya sudah pasti. Saat ini Barat sedang mencoba berpaling kepada ekonomi Islam
sebagai usaha untuk keluar dari krisis ekonomi yang cukup ‘menggilas’. Anda perlu tahu, para pakar ekonomi kapitalis telah mengakui bahwa seharusnya kapitalisme diatur dengan benteng (siyâj) moral dan campur tangan pemerintah. Benteng tersebut tiada lain ekonomi Islam Islam itu sendiri. Seperti diketahui, sistem ekonomi Islam mengharamkan berbagai praktik yang merugikan perekonomian dalam bentuk yang umum, seperti menipu, berspekulasi, dan interaksi yang sarat riba.
Bunga yang diperoleh dari praktik ekonomi ribawi terus bertambah dalam bentuk sirkulasi (hutang) dan tanpa terkandung rasa kasih sayang terhadap para muwarridin. Sikap tersebut menyebabkan rusaknya sirkulasi ekonomi, karena bisa jadi saat jatuh tempo pembayaran, peminjam belum mampu melunasinya. Akibatnya, pemberi hutang terpaksa memperkarakannya. Dengan demikian, proses jual beli terhenti. Inilah hal yang merugikan proses perdagangan secara umum di antara keduanya.

Tidakkah ini merupakan gejala transformasi dalam pemikiran Barat?
Memang hal tersebut merupakan bentuk transformasi pemikiran. Namun kondisi tersebut
menuntut mereka melakukannya. Mereka sekarang telah mengetahui sejauhmana urgensi agama Islam. Padahal, dahulu mereka menyatakan bahwa antara ekonomi dan agama tiada kaitannya sedikitpun, dan tidak terdapat pondasi dan aturan agama yang berhak mengatur ekonomi. Barat hanya berkonsentrasi pada ekonomi yang bersifat uang (aliqtishâd
al-mâlî), bukan ekonomi yang sebenarnya, dimana ekonomi yang sebenarnya bersifat
membangun dan memajukan negara. Tentu saja, ekonomi yang hanya bersifat uang ini sepenuhnya ditolak oleh Islam. Islam memberikan syarat, bahwa dalam setiap mobilitas keuangan harta, mesti dibayar (berbanding lurus) dengan jasa (khidmah) yang nyata. Sedangkan, Dunia Barat hanya memfokuskan dan memperluas mobilitas keuangan saja, tanpa ada pelayanan dan perpindahan komoditi nyata. Oleh karena itu, system kapitalis adalah sistem ekonomi hutang (iqtishâd madîn), sebab setiap orang yang terlibat di sana dianggap menanam hutang.

Apa langkah-langkah ekonomi yang ditempuh oleh Barat yang tampak dianggap sebagai langkah yang menunjukkan mereka berpaling pada ekonomi Islam?

Terdapat sejumlah pakar kapitalis yang telah menyarankan pentingnya melirik dan berpaling pada ekonomi Islam. Saya pernah membaca sebuah artikel Rolan Laskin, pemimpin redaksi majalah Le` Journal de` Finance Perancis. Dia menyatakan, telah tiba saatnya wall street (maksudnya pasar uang) menyandarkan aktifitasnya pada syariat Islam dalam aspek keuangan dan ekonomi, untuk meletakkan penangkal krisis yang cukup menggoncangkan pasar uang dunia akibat proses permainan sistem interaksi
keuangan dan spekulasi keuangan yang melampaui batas dan tidak syar’i.
Dalam artikel yang lain, saya pernah membaca tulisan Bovis Fansun, pemimpin redaksi Majalah Challenge. Disebutkan, semestinya kita membaca Al-Quran, menghayati kandungan ayat per-ayat, supaya kita dapat keluar dari krisis ekonomi ini dan menerapkan sejumlah prinsip hukum Islam, terutama aspek ekonomi. Sebab, seandainya para Bankir menjunjung tinggi sejumlah ajaran dah hukum di dalam Al-Quran, lalu mengaplikasikannya, dipastikan kita akan memperoleh solusi atas sejumlah krisis dan kita akan sampai pada kondisi al-wadh’ al-muzrî. Kita tahu, bahwa uang tidak akan ‘melahirkan’ uang.
Di media lain, saya pernah membaca tulisan Maurice Ali, peraih penghargaan Nobel bidang ekonomi dalam bukunya yang ditulis beberapa tahun yang lalu, ia membidik persoalan krisis ekonomi yang kemungkinan akan dihadapi dunia, yang saat ini ternyata krisis tersebut dialami.
Ia menyodorkan sejumlah perbaikan yang seluruh konsepnya diambil dari sumber syariat Islam. Untuk keluar dari krisis dan mengembalikan kestabilan ekonomi, ia menyarankan dua syarat, pertama, modifikasi (perubahan) nilai rata-rata bunga sampai titik nol; kedua, merevisi nilai rata-rata pajak sampai
nilai minimal 2 %. Anda perhatikan, ternyata keduasyarat tersebut sepenuhnya sesuai dengan aturanIslam, yaitu sebagai upaya menghilangkan riba, danukuran zakat yang telah ditetapkan oleh aturan Islam.
Apa peran Negara Arab dan Islam dalam upaya mempublikasikan ekonomi Islam dewasa ini?

Pertama, sebelum diadopsi oleh Barat, terlebih dahulu aplikasikan syariat Islam di negara masingmasing. Karena, Barat tidak mengetahui ekonomi Islam, tapi mereka ingin mempelajarinya. Upaya mereka mempelajari ekonomi Islam tidak akan
tercapai dengan baik, kecuali jika sistem tersebut diaplikasikan terlebih dahulu di negara-negara Islam.

Apa saja solusi yang ditawarkan oleh Barat untuk keluar dari krisis ekonomi dewasa ini?
Barat telah mencanangkan setidaknya 3 skenario untuk mengakhiri krisis ekonomi global saat ini, pertama, disebutkan bahwa krisis akan segera pulih dalam enam bulan ke depan; kedua, krisis segera pulih satu tahun ke depan; ketiga, diperkirakan hingga dua tahun ke depan. Ada pula yang berpendapat,bahwa krisis tidak akan pernah berakhir selama Barat tidak berpaling pada sistem ekonomi Islam. Dengan demikian, agar krisis pulih dengan segera, seharusnya
Barat berpaling pada ekonomi Islam dan bersandar pada ekonomi yang menganut aturan, dasar, dan undang-undangan ekonomi yang bebas riba dan spekulasi (mudhârabah) keuangan. Karena saat ini telah terungkap, bahwa ekonomi tersebut (riba dan spekulatif) menimbulkan banyak merusak ekonomi internasional.