Selasa, 07 Oktober 2014

Tak Selamanya Cinta Diawal


ditsaaaiueo.wordpress.com
Sakit memang bagi dua insan saling cinta tapi tak bertemu di pelaminan. Ada karena cintanya sejak awal tak berbalas. Ada juga yang berbalas tapi kandas. Bagi mereka ini dunia seakan mau kiamat saja, tak ada harapan lagi untuk melanjutkan hidup jikalau tak bersama si dia yang dicintai.

Agama memang tidak melarang ia yang jatuh cinta. Karena cinta adalah syarat bertemunya dua insan. Ia bagaikan tanda plus dan minus pada gelombang elektro magnetik yang dapat menyatu jika disatukan. Ia adalah kumpulan dari keping-keping kehidupan yang mencari perekat bersatu. Ia menjadi karunia bagi setiap insan di dunia.

Cinta fitrah setiap insan. Ia bisa datang kapan dan dimana saja. Tidak kenal ia tukang parkir sampai pemimpin negara sekalipun, pernah merasakan cinta. Pun demikian halnya, tak ayal banyak yang jatuh cinta karena pertemuan di tempat yang tidak disangka sebelumnya.

Cinta isyarat mata kepada hati. Mata dapat berkata kepada hati bahwa itu baik untuk dicintai. Ataupun hati dapat menyangkal sebaliknya bahwa ia tidak baik. Semuanya tergantung seberapa jauh kebersihan hati dan mata seseorang, sehingga menjaganya adalah mulia.

Mencintai tapi tidak bertemu fisik itu menyakitkan. Orang jatuh cinta bisa, bisa jatuh sakit, bisa hilang kendali karenanya. Karena itu berharap bertemu orang dicintai di pelaminan sah-sah saja. Tidak ada larangan kepada setiap insan mengharapkan orang yang ia cintai untuk bersanding bersama, mengarungi bahtera rumah tangga. Sebagaimana Fatimah dahulu pernah mencintai Ali, dan mereka akhirnya bertemu dalam suatu ikatan suci.

Tapi cinta tak selamanya sesuai harapan. Orang-orang yang saling cinta pada awalnya, tidak dengan sendirinya dapat saling memiliki. Kebanyakan dari mereka kandas satu langkah terakhir menuju ijab qobul. Bisa karena tidak direstui, atau bahkan kalah langkah dengan yang lain hanya selisih hitungan detik, menit, jam, hari saja.

Lebih menyakitkan lagi, jika sejak awal tahu bahwa cintanya tak berbalas, atau malah bertepuk sebelah tangan. Ada banyak Ikhwan ataupun akhwat (sebutan bagi lelaki/wanita dalam dunia dakwah) pun banyak mengalami hal ini. Dan ternyata sang pujaan hati, malah menerima seseorang yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Atau bahkan dalam persepsi ia orang ini lebih ‘minim’ kapasitas dibandingkan dirinya.

Letak permasalahannya sebenarnya pada bagaimana seseorang menyikapi setiap pemberian Allah kepadanya. Jangan dikira orang-orang yang ada dalam dunia dakwah  sekalipun, melewati ini dengan enteng. Tak sedikit pula yang menangis meraung-raung sampai berhari-hari. Bakhan Tak sedikit yang tidak kuat melewatinya sehingga mereka mundur teratur dari dunia dakwah. Seakan dunia ini akan selesai saja jika bukan ia, atau akan bahagia jika bersama dia. Padahal lupa akan peringatan Allah: bisa jadi apa yang kamu anggap baik belum tentu baik menurut Allah. Ataupun sebaliknya apa yang kau anggap buruk, belum tentu buruk menurut  Allah.

Pada akhirnya orang-orang yang mencintai hanya bisa meminta dalam setiap doanya dan mengikhtiarkan dalam perbaikan diri, dan Allahlah yang akan memberikan kepada ia jawaban setiap doanya yang terbaik menurut Allah dan sesuai dengan apa yang ia butuhkan bukan apa yang ia inginkan. Semoga Allah mengaruniakan cinta yang Ia titipkan, bukan cinta yang pernah ditanam.