Belakangan ini siklus trend gerakan
Mahasiswa secara keseluruhan bisa dikatakan mengalami penurunan. Ini
menyebabkan Tribulensi Gerakan dimana-mana. Ketidakpercayaan mahasiswa secara
umum terhadap Gerakan mahasiswa adalah salah satu contohnya. Ditambah lagi
dengan semakin pragmatisnya mahasiswa terhadap masa depannya. Keadaaan seperti
mungkin akan berlangsung lama ataupun segera teratasi apabila Gerakan Mahasiswa
segera melakukan pembenahan dan adaptif dengan kondisi kultural Mahasiswa.
KAMMI sebagai salah satu elemen
Gerakan Mahasiswa pun tidak lepas dari permasalahan ini. Oleh karena itu KAMMI
harus sadar dari dalam diri, agar pembenahan Gerakan mudah untuk dilakukan. Untuk membenahi Gerakan ini, paling tidak ada
tiga hal yang dikenal dengan Trisakti KAMMI: Masjid, Markas, dan Media. Tiga
hal ini yang menjadi Ruh KAMMI dalam setiap Geraknya.
Masjid
Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Secara teknis
sujud (sujudun) adalah meletakkan
kening ke tanah. Secara maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti
menyembah, jika kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu
yang dipandang besar atau agung. Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid
dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan
masjid, oleh karena itu kata Nabi, Tuhan menjadikan bumi ini sebagai masjid.
Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang
dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah.
Dizaman
Rasulullah masjid fungsi masjid tidak hanya sebagai tempat orang shalat dan
melaksanakan ibadah individual. Masjid dizaman Rasulullah dijadikan sebagai
sarana untuk membentuk masyarakat madani. Secara konsepsional dapat dilihat dalam sejarah bahwa masjid
pada zaman Rasul memiliki banyak fungsi: (1)
Sebagai tempat menjalankan ibadah salat, (2)
Sebagai tempat musyawarah (seperti gedung parlemen), (3) Sebagai tempat pengaduan masyarakat dalam menuntut keadilan
(seperti kantor pengadilan), (4) Secara tak langsung sebagai tempat pertemuan
bisnis.
Yang lebih
strategis lagi, pada zaman Rasul, masjid adalah pusat pengembangan masyarakat
dimana setiap hari masyarakat berjumpa dan mendengar arahan-arahan dari Rasul
tentang berbagai hal; prinsip-prinsip keberagamaan, tentang sistem masyarakat
baru, juga ayat-ayat Qur’an yang baru turun. Di dalam masjid pula terjadi interaksi
antar pemikiran dan antar karakter manusia. Azan yang dikumandangkan lima kali
sehari sangat efektif mempertemukan masyarakat dalam membangun kebersamaan.
Ruh masjid
sebagai pembentukan masyarakat madani adalah hal yang seharusnya diteruskan
oleh Generasi setelah Rasulullah. KAMMI sebagai generasi Islam yang jauh
setelah datangnya Rasulullah harusnya lebih perhatian lagi. Karena dimasjidlah
embrio-embrio gerakan mahasiwa ini dilahirkan. Dan disini pulalah para
pendahulu memulai Gerakan ini. Pertukaran ide dan gagasan, sharing pengalaman
dan pembinaan mental dimulai dari masjid. Dan masjidlah tanah kelahiran KAMMI.
Meminjam Pendapat Funding Father Negara
ini M. Hatta, bahwa tanah kelahiran tidak boleh dikuasai oleh individu, ia
harus dikuasai bersama untuk kepentingan bersama. Hari ini apakah KAMMI disetiap
kampus sudah menguasai masjid kampusnya, masih menjadi bahan evaluasi.
Markas
Masih teringat kita
akan Arqam Bin Abi Arqam, dirumah belilaulah yang menjadi salah satu tempat Rasulullah
menyampaikan dakwahnya. Dari sini pulalah banyak muncul tokoh-tokoh hebat yang
kemudian harinya menjadi pembela Islam. Rumah ini pun menjadi tempat Rasulullah
bersembunyi dari siasat musuh pada saat itu. Dari sikap kecil ini, terlihat
bahwa begitu pentingnya markas dakwah untuk membentuk peradaban. Kehilangan markas
dan tidak terurusnya markas menjadi pertanda kerapuhan sebuah jamaah atau
organisasi. Bahkan sebentar lagi akan hancur ditelan zaman.
Saat
ini, perlu dievaluasi seberapa besar kecintaan kader terhadap markasnya,
khususnya KAMMI. Karena dari markas inilah tempat untuk membentuk kepribadian,
interaksi sosial, berbagi pikiran dan pengalaman, menggali literasi, membaca
buku dan hal-hal indah lain. Mungkin saja markas sekarang hanya dijadikan
tempat persinggahan sementara untuk merebahkan badan setelah capai
berkativitas, hanya untuk tempat kongkoh-kongkoh tak jelas atau hal lain yang
tak produktif. Oleh karena itu, ini semua menjadi perhatian kita sebagai orang
yang terjun dalam gerakan ini. Sehingga visi peradaban yang diusung oleh markas
KAMMI sebgai markas peradaban benar-benar menjadi kenyataan.
Media
Dalam
dunia keterbukaan informasi seperti sekarang ini peran media sebagai alat perubahan sosial yang efektif. Begitu hebatnya
media sekarang, sehingga banyak gelombang besar perlawanan terhadap pemerintah
diberbagai Negara dikonsolidasi melalui media. Penguasaan media dalam hal ini
menjadi sangat penting, oleh karena itu mengapa sekarang kita melihat banyak
pemerintah yang sengaja membeli media sebagai corong untuk menyampaikan program
dan pembela saat ia salah.
Sekarang
kita bisa menghitung berapa banyak media yang dikuasai KAMMI secara
organisiasi. Mungkin secara individu kader sudah banyak yang menguasai media lokal
maupun nasional, tetapi secara organisasi masih belum. Untuk membangun hal ini
tidak mungkin dengan waktu yang singkat. Harus dimulai sejak dini dari pribadi
kader, tentunya dengan penguatan budaya literasi, diskusi dan hal-hal yang
menunjang hal ini. Allahu’alam
Referensi:
Diskusi: Shortcourse “Muslim Negarawan” Sabtu, 17/11/12 jam
15.30 WIB di Markas Peradaban KAMMI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta