Selasa, 01 Mei 2012

Diskriminasi Pendidikan, Sebagai Titik Balik



Pendidikan adalah keniscayan sebuah bangsa ingin maju. Pendidikan menjadi tolok ukur awal kemajuan suatu bangsa. Buruknya pendidikan menandakan rendahnya kemampuan suatu bangsa dalam memajukan bangsanya. Berbicara pendidikan, tidak lepas dari takdir sejarah suatu bangsa. Indonesia misalnya memiliki takdir sejarahnya sendiri yang berbeda dari bangsa lain. Takdir ini pulalah yang menjadi embrio munculnya konsep pendidikan di Indonesia dan lahirnya konsep sekolah modern, menurut klaim sebagaian pakar.

Sejarah Pendidikan di Indonesia dan Politik Pecah Belah
            Munculnya konsep sekolah menurut Prof. Ahmad Mansur Suryanegara (2010: 306), tidak lepas dari upaya kolonial dalam memcah belah suatu bangsa. Benarkah demikian? Menurut beliau Hal ini bermula dengan datangnya Snouck Hurgronje ke nusantara Indonesia dengan misi khusus yaitu menumbuhkan jiwa loyalitas pribumi terhadap penjajah Keradjaan Protestan Belanda.  Lagi-lagi hal ini tidak lepas dari politik pecah belah Belanda. 
            Sebagai realisasi misi tersebut didirikanlah sekolah dasar dengan nama Europesche Lager School (ELS). Sekolah ini tujuan utamanya menjauhkan anak bangsawan dari pengaruh pengaruh “pedidikan” islam pada saat itu.  Bahkan politik pecah belah semakin menjadi dengan didirikannya sekolah khusus untuk Etnis Cina dengan nama Hollandsch Chinese School (HCS).
            Soemarsono Mastoko (dalam Ahmad Mansur Suryanegara, 2010: 307) menyebutkan bahwa baru sekitar 80 tahun kemudian Belanda membuatkan sekolah untuk anak pribumi yang notabene adalah Islam. Beliau menjelaskan lebih lanjut bahwa sistem pendidikan di Indonesia pada masa pemerintahan kolonial Belanda dibagi dalam tiga tahapan studi dan kejuruan, yaitu (1) Lager Onderwijs-pendidikan rendah. (2) Middelbaar Onderwijs-pendidikan, (3) Hooger Onderwijs-Pendidikan Tinggi, pendidkan inilah yang menjadi embrio munculnya Indische Universiteits (Universitas Indonesia) dijakarta, 1909 M. dan Technische Hoge School (THS, 1919 M) yang sekarang dikenal dengan Institut Teknoloi Bandung (ITB) (4) Vakonderwijs-pendidikan kejuruan. Konsep pendidikan seperti ini pun berlanjut dan terus berkembang sesuai dengan jamannya.
            Pada awalnya, patut diakui bahwa lahirnya konsep pendidikan seperti ini adalah untuk memudahkan misi Kolonial Belanda dalam menjauhkan umat masyarakat pribumi dari karakter dasar bangsanya. Terlebih lagi diskriminasi sosial begitu kental dalam konsep pendidikan seperti ini, karena tidak semua orang mengakses indahnya pendidikan pada saat itu. Lalu bagaimana dengan wajah pendidikan Indonesia saat ini?
  
Wajah Pendidkan Indonesia Saat Ini
            Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa lahirnya konsep pendidikan modern pertama kali tidak lepas dari kepentingan kolonial belanda untuk memecah belah masyarakat Indonesia. Namun bukan berarti masyarakat Indonesia harus apatis terhadap konsep pendidikan yang ada sekarang, dan tidak mau mencicipi pendidikan modern. Akan tetapi marilah dicermati bahwa ada hal-hal lain yang harus diperhatikan, yaitu konsep pendidikan Indonesia sekarang yang cenderung diskriminatif.
            Banyak kalangan yang menilai bahwa pendidikan kita sekarang cenderung Diksriminatif, karena sudah mulai sulit diakses oleh masyarakat berekonomi menengah kebawah. Melihat hal ini pula, penulis menganggap bahwa pendidikan Indonesia kembali ketitik awal seperti awal mula lahirnya konsep pendidikan modern. Mungkin tabiat  jamanya yang berubah, tetapi subtansi dari jiwa penjajahannya yang masih tersisa. Dan hal inilah yang merugikan masyarakat. Contoh konkrit adalah dengan lahirnya sekolah yang mahal, kelas Internasional bagi kalangan tertentu, sampai pada minimnya fasilitas yang diberikan penguasa untuk kemajuan pendidikan, walaupun fasilitas bukan penentu utama.
Oleh karena itu, pemerintah bersama-sama masyarakat harus terus mengawal kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan. Karena yang merasakan langsung dampaknya adalah masyarakat itu sendiri. Jangan sampai konsep pendidikan kita kembali Diskriminatif dan semakin sulit diakses semua level masyarakat. Allahu A’lam.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar