Kamis, 01 Mei 2014

Beginilah Takdir (2)...




 Oleh: Rifadli Kadir
(Sebuah Cerita)

Pagi menjelang hari ketiga. Azzam juga mendapat jawaban. Diseberang sana, dibalik tembok kamar. Ada air mata dari seorang wanita yang sedang dirundung kesedihan. Dirinya tak kuasa menahan perasaannya. Rasa-rasanya ia ingin pergi saja, melupakan semuanya dan tidak memilih pilihan yang ada dihadapannya. Tapi, bagi ia melupakan pilihan itu bukan pilihan tepat. Karena cepat atau lambat ia pasti mengalami masalah demikian. Akhirnya ia memilih mengomunikasikan hal ini kepada orang tuanya.
            Tanpa panjang lebar ia langsung mengkomunikasikan hal ini dengan orang tuanya. Ia langsung mengambil handphone yang ada disebelah bantal gulingnya. Ia kemudian membuka nama-nama kontak yang ada di HP-nya kemudian memilih kontak dengan nama ‘ummi’ dan kemudian menekan tombol call...
            Assalamu’alaikum...” jawab Ibu separuh baya dari seberang sana.
            waalaikumsalam, ummi Rina mau nyampein sesuatu...” jawab Rina.
            “Apa nak, disampaikan saja...” Ibu Rina meminta.
            “Begini Ummi, atas tawaran ummi yang kemaren Rina mau menyampaikan sesuatu dan apa yang Rina rasakan selama ini. Begini ummi, Rina bersyukur punya orang tua yang sangat perhatian dan baik seperti ummi dan abah. Termasuk dengan pilihan ummi dan abah memilihkan Rina pasangan hidup yang baik menurut ummi dan abah. Tapi begini mi, Rina selama ini sedang jatuh cinta kepada salah seorang ikhwan. Ia teman kampus Rina, orangnya insya Allah baik. Tapi ini juga Rina serahkan kepada ummi dan abah untuk memutuskan. Karena bagi Rina, ridho orang tua adalah segalanya...” Rina menjelaskan dengan suara lirih dan air mata yang tertahan.
            Pengakuan Rina ini, membuat Umminya sedikit terdiam dan berusaha menahan rasa sedih. Sedih karena ia tidak segera mengetahui apa yang selama ini terjadi pada anaknya. Tapi bagi seorang Ibu yang sudah mengetahui asam garam kehidupan, juga atas pertimbangan agama, umminya Rina menerangkan bahwa Rina itu masih muda dan bisa jadi terbawa dengan persaaan sesaat. 
            Ummi akan merundingkan dulu dengan abah, mudah-mudahan dapat titik terang..” pinta umminya Rina. 
            “Iya mi, Rina tunggu jawaban dari abah dan ummi. Apapun jawabannya, Rina siap menerimanya. Sudah dulu ya mi, salam sama abah. Assalamu’alaikum...” Jawab Rina. 
            Waalaikumsalam... jaga kesehatan ya nak...” Balas umminya dari seberang sambil menutup telepon.
            Rina tetap belum bisa tenang dengan jawaban umminya. Ia masih dirundung rasa bingung dan khawatir jika apa yang ia impikan selama ini yaitu menjadi pendamping hidup dari seorang yang ia cinta selama ini. Ia langsung mengabarkan hal ini ke Rio sebagai orang yang dipercaya agar menyampaikan ke Azzam. Ia kemudian menulis sms ke Rio...
            “Assalamualaikum... Afwan akh, ganggu antum lagi. Tadi aku sudah komunikasi dengan ummi. Ummi belum memberi jawaban yang pasti, dan akan dikomunikasikan dengan abah. Mohon disampaikan ke Azzam ya. Nuwun” 
            “Waalaikumsalam... iya Rin, Insya Allah segerak tak sampaikan ke Azam” Jawab Rio
            “Makasih ya Rio, afwan dah merepotkan...” balas Rina.

***

            Azzam masih juga belum tenang dengan dirinya. Ia ingin segera mendapatkan jawaban agar ia tak lagi dirundung perasaan penasaran dan tidak menentu. Di tengah penantian itu ia mendekatkan diri kepada Allah. Karena ia tahu, Allahlah yang mengatur segara takdir baik dan buruk. Sambil berdoa dan berharap apa yang ia impikan mendapat balasan terbaik dari Allah.

***

            Sampailah hari keempat, Rina dan Azzam masih juga harap cemas dalam penantian...
            Berdering hanphone Rina, ada panggilan masuk. Rina langsung mengambil handphonenya, ternyata panggilan dari umminya. Rina berguman dalam hati, sepertinya ummi mau memberi jawaban.
            “Assalamu’alaiakum....” Jawab Rina
            “Waalaikumsalam, Apa kabar nak? Sehat?...” jawab Umminya
            “Alhamdulillah, sehat mi, ada apa ya mi? Tanya Rina
            “Ini ummi mau memberi kabar, semalam abah dan ummi sudah berembuk atas apa yang Rina sampaikan kemaren. Begini nak, abah semalam menyampaikan kalau abah tetap dengan tawaran kemaren kepada Rina. Dan kami sudah mempertimbangkan kalau abah dan ummi  kurang sepakat dengan yang Rina inginkan. Pertama, menurut ummi dan abah, sebaiknya Rina mencari orang yang satu suku dengan keluarga. Kedua, bisa jadi apa yang Rina rasakan itu hanya perasaan sesaat yang perlu diarahkan karena kalian juga masih mudah, butuh banyak pengarahan. Karena itu ummi dan abah memutuskan untuk tetap pada tawaran awal kemaren.” Jelas ummi Rina.
            “i...i..iya mi...” jawab Rina dengan sambil meneteskan air mata.
            Ummi berharap Risa dapat menerima keputusan ini. Dan mencoba bersabar menerima hal ini. Itu dulu ya nak, semoga diberi keberkahan. Sudah dulu ya nak, nanti akhir pekan ini, ummi minta Rinta pulang ke rumah. Waasalammu’alaikum...” pinta umminya Rina
“i...i..iya mi... waalaikumsalam” jawab Rina dengan suara terbatah-batah sambil meneteskan air mata.
Harapan Rina menjadi pendamping hidup orang yang dicintainya pupus sudah. Hatinya tiba-tiba menjadi lemah, hidupnya seakan mau hancur. Ingin rasanya ia mengakhiri hidup. Ia tapi tidak melakukan hal itu karena bertentangan dengan nilai-nilai yang selama ini ia yakini; Islam. Islam mengajarkan kepada kita bahwa lagi-lagi hanya Allah sebaik-baik tempat kita mengadukan segala sesuatu. Maka Rina, memasrahkan semua hal ini kepada Allah. Jika putusan ini baik menurut orang tua, insya Allah juga baik menurut Allah. Rina pasrah dengan keputusan itu. 
 Rina tidak ingin menzhalimi Azzam. Ia segerak mengabarkan hal ini kepada Rio untuk disampaikan ke Azzam. Rina kemudian mengsms Rio seperti apa yang disampaikan umminya...
“Assalamualaikum... Afwan Rio. Mau merepotkan antum lagi. Rio ini keputusan ummi dan abah: Begini nak, abah semalam menyampaikan kalau abah tetap dengan tawaran kemaren kepada Rina. Dan kami sudah mempertimbangkan kalau abah dan ummi  kurang sepakat dengan yang Rina inginkan. Pertama, menurut ummi dan abah, sebaiknya Rina mencari orang yang satu suku dengan keluarga. Kedua, bisa jadi apa yang Rina rasakan itu hanya perasaan sesaat yang perlu diarahkan karena kalian juga masih mudah, butuh banyak pengarahan. Karena itu ummi dan abah memutuskan untuk tetap pada tawaran awal kemaren. Minta tolong lagi disampaikan ke Azzam atas keputusan ini ya, mohon maaf sudah buat ia terlibat dalam masalah ini. Mohon doanya, semoga kita semua dapat yang terbaik dan memperoleh keberkahan. Nuwun. Wassalam.”  
“Waalaikumsalam.. iya Rin, Insya Allah hari ini tak ketemu Azzam...” Balas Rio.

***

Rio saat itu juga langsung menghubungi Azzam dan meminta untuk ketemu. Azzam langsung menyanggupi. Mereka kemudian bertemu di salah masjid dekat kampus. Di tengah keheningan masjid itu, Rio menjelaskan dan meminta Azzzam agar membaca sms yang dikirim Rina. 
“Ini Zam, SMS dari Rina...” tunjuk Rio
Azzam kemudian membaca sms dari Rina yang dikirim ke Rio. 
“Assalamualaikum... Afwan Rio. Mau merepotkan antum lagi. Rio ini keputusan ummi dan abah: Begini nak, abah semalam menyampaikan kalau abah tetap dengan tawaran kemaren kepada Rina. Dan kami sudah mempertimbangkan kalau abah dan ummi  kurang sepakat dengan yang Rina inginkan. Pertama, menurut ummi dan abah, sebaiknya Rina mencari orang yang satu suku dengan keluarga. Kedua, bisa jadi apa yang Rina rasakan itu hanya perasaan sesaat yang perlu diarahkan karena kalian juga masih mudah, butuh banyak pengarahan. Karena itu ummi dan abah memutuskan untuk tetap pada tawaran awal kemaren. Minta tolong lagi disampaikan ke Azzam atas keputusan ini ya, mohon maaf sudah buat ia terlibat dalam masalah ini. Mohon doanya, semoga kita semua dapat yang terbaik dan memperoleh keberkahan. Nuwun. Wassalam.”  
Azzam tenang dan agak gemetaran membaca SMS itu. Ia kemudian bersuara lirih yang diikuti tatapan hangat ke Rio.
“Alhamdulillah, syukron akh. Setidaknya ane dah dapat jawaban. Ini mungkin belum takdir. Insya Allah semua ini atas kehendak Allah. Tidak ada satupun di dunia ini yang luput dari campur tangan Allah di dalamnya...” lirih Azzam.
“iya Zam, mudah-mudahan antum dapat bersabar dengan semua ini. Semoga hal ini ada rencana yang lebih baik dari Allah” jawab Rio sambil menyemangati.
“iya Io, Aamiin...” lirih Azzam agak tersendak.
Azzam masih berdiam diri di masjid itu walaupun Rio sudah ijin pulang lebih dulu. Ia mengevaluasi diri. Apa kesalahan yang telah ia lakukan selama ini. Hingga Allah memberikan cobaan ini kepadanya. Ia kemudian sadar bahwa selama ini, ia telah memberi perhatian lebih sehingga perhatian itu menjadi perasaan cinta yang bisa jadi hal itu karena nafsu. Azzam kemudian menyadari pula bahwa Cinta itu tidak harus memiliki dan ia harus mengikuti apa yang Allah inginkan. Dan berdoa semoga pelajaran ini menjadi titik tolak perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Ia berjanji tidak akan lagi jatuh cinta dan akan senantiasa mencintai Allah di atas segalanya. Bisa jadi apa yang kita inginkan belum tentu baik bagi kita. Allahlah yang mengetahui segalanya.

***

Ini hanya tulisan untuk mengingatkan diri sendiri, bahwa kita harus menjaga Cinta dan kesucian diri. Ingatlah selalu firman Allah: “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26). 
Bagi kita yang sedang dirundung cinta kepada lawan jenis, simpanlah ia dilubuk hati yang sedalam-dalamnya. Jangan sampai itu mengganggu aktivitas. Apalagi sampai malas beraktivitas kebaikan karena selalu memikirkan orang yang dicintai. Jika keinginan untuk menikah itu telah ada, sampaikanlah ia kepada orang yang dapat dipercaya, misalnya menyampaikan hal ini kepada guru ngaji, murobbi, atau orang yang dapat dipercaya lainnya. Insya Allah dengan bantuan mereka kita dapat menentukan pilihan yang tepat.
Pertimbangan Agama dalam memilih pendamping hidup harus didahulukan. Juga bagi aktivis dakwah, kedekatan fikroh ataupun kesamaan dalam visi dakwah harus pula menjadi pertimbangan utama. Karena inilah yang akan mempengaruhi masa depan keluarga. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar